Pages

Saturday, October 20, 2012

Membaca Candle Chart

Membaca Candle Chart

Dari sekian banyak alat analisa saham, candle charts atau candle stick charts adalah salah satu yang sering digunakan analis untuk menganalisa pergerakan harga saham. Grafik yang terbentuk dari deretan bentuk berupa batangan lilin bersumbu itu, sering muncul dalam lembaran ulasan para analis di website atau jurnal.

Pada dasarnya candle chart serupa dengan grafik batang (bar chart) yang menunjukkan pergerakan harga saham tertinggi hingga terendah sejak pembukaan hingga penutupan sesi perdagangan saham. Candle chart menekankan perbedaan harga pada saat pembukaan dan penutupan, sekaligus menampilkan kenaikan dan penurunan harga pada sesi tertentu. Penyusunan sesi candle chart dapat berdasarkan bulanan, mingguan, harian, atau bahkan antar sesi dalam sehari bursa.

Informasi yang ditampilkan

Bila diperhatikan, per satuan candle stick terdiri atas satu bentuk persegi panjang dan dua garis mirip sumbu di atas dan di bawah batang lilin.

Bentuk persegi panjang mirip batangan lilin itu, sering disebut “real body” yang menunjukkan posisi  hargasaham saat pembukaan dan penutupan. Misalnya, harga saham A dibuka dengan harga Rp 5000 per lembar, dan naik menjadi Rp 5500 saat penutupan. Untuk menunjukkan apakah terjadi kenaikan atau penurunan harga saham saat pembukaan hingga penutupan, batang lilin umumnya diberi warna. Warna hijau atau putih saat harga penutupan lebih tinggi dibanding pembukaan (up candle), dan warna merah atau hitam ketika harga penutupan lebih rendah ketimbang pembukaan (down candle).

Selama sesi perdagangan saham sangat mungkin terjadi pergerakan harga saham yang lebih tinggi atau  lebih rendah daripada harga saat pembukaan dan penutupan. Posisi harga tertinggi dan terendah ini ditunjukkan oleh ujung garis di atas dan di bawah real body, yang mirip sumbu lilin (wick). Para analis saham kerap pula menyebut sumbu lilin itu sebagai shadow. Ruang antara ujung atas dan ujung bawah sumbu adalah rentang pergerakan harga saham sepanjang sesi perdagangan.

Mungkin saja terjadi, batang-batang lilin tersebut tidak mempunyai sumbu atas atau bawah ketika harga saham tertinggi dan terendah sama dengan harga saat pembukaan dan pentupan. Dapat pula terjadi, hanya sumbu-sumbu lilin yang tampak, saat harga pembukaan sama dengan harga penutupan.

Bentuk lilin yang penting

Pergerakan harga saham akan membentuk batang dan sumbu lilin yang berbeda. “Ada empat pola candle stick yang penting untuk diperhatikan,” tutur Andrew Horowitz, konsultan ahli www.quickanddirtytips.com.
 

Doji Candle : Pola ini terjadi ketika perbedaan harga saham saat pembukan dan penutupan sesi sangat tipis atau bahkan sama persis, meskipun sepanjang sesi terjadi pergerakan melebihi atau lebih rendah daripada harga pembukaan dan penutupan. Para pemerhati saham akan mengartikan bahwa doji adalah sinyal kebimbangan pasar sehingga dinilai sebagai bukan saat yang tepat untuk mengambil keputusan betransaksi.  Kemunculan doji mencerminkan bahwa selama sesi perdagangan, pembeli dan penjual saham saling tarik ulur harga, sehingga pada penutupan sesi harga saham menjadi sama atau nyaris sama dengan saat pembukaan. Doji juga sering diartikan dengan pembalikan tren  kenaikan atau penurunan harga, sehingga para investor akan berhati-hati  menanggapi kemunculan doji. Apalagi bila terjadi pergerakan harga yang cukup tinggi selama sesi perdagangan saham. 

Spinning Top : Pada prinsipnya Spinning Top mirip dengan Doji, kecuali ada perbedaan harga pembukaan dan penutupan – meskipun tidak terlalu besar selisihnya. Pola ini ditandai dengan adanya sumbu atas dan bawah dan batang lilin yang pendek. Bentuknya mirip permainan anak-anak yang dapat diputar seperti baling-baling. Mirip dengan Doji, kemunculan Spinning Top juga ditanggapi pemerhati saham sebagai sinyal keragu-raguan pasar, yang berpotensi membalik arah tren gerakan harga saham.

Tidak seperti Doji dan Spinning Top yang mengindikasikan kebimbangan pasar, pola Hammer dan Shooting Star dengan jelas menunjukkan kecenderungan bullish (bergairah) atau bearish (lesu). Kemunculan Hammer dan Shooting Star hanya terjadi setelah adanya tren tertentu pada gerkan harga saham, dan hampir selalu berkaitan dengan adanya pembalikan harga. 

  • Hammer : Meski mirip dengan Spinning Top, dimana terdapat selisih harga penutupan dan pembukaan yang tidak terlalu besar, namun pada Hammer Candle terdapat selisih harga yang cukup besar antara harga saham terendah selama sesi perdagangan dengan harga pembukaan atau penutupan. Pada kondisi bullish Hammer, sumbu di bawah batang lilin cukup panjang, sementara sumbu di atas lilin nyaris atau sama sekali tidak ada. Bullish Hammer merupakan sinyal adanya potensi terjadinya pembalikan tren gerakan harga saham. Disebut Hammer karena biasanya para investor berusaha untuk “memukul balik” setelah harga mencapai titik terendah.

  • Shooting Star : Pola bearish Shooting Star merupakan kebalikan dari pola bullish Hammer. Disebut Shooting Star karena suasana pasar yang terjadi dapat diibaratkan seperti bintang di langit yang ditembak jatuh, dan mempunyai konotasi suasana malam, gelap. Lilin Shooting Star mempunyai sumbu atas yang cukup panjang, dengan batang lilin yang agak pendek, dimana harga saham saat pembukaan tidak terlalu jauh berbeda dengan penutupan. Selama sesi perdagangan, pembeli mendorong harga saham hingga mencapai nilai tertinggi dan penjual melayaninya dengan menjual sebanyak-banyaknya sehingga harga saham kembali tertekan ke titik rendah. Pola ini juga berkaitan dengan adanya pembalikan tren harga dan kerap terjadi setelah tren kenaikan harga yang cukup panjang.

0 comments:

Post a Comment